𝗦𝗬𝗔𝗜𝗧𝗔𝗡 𝗟𝗔𝗞𝗡𝗔𝗧 𝗠𝗘𝗡𝗗𝗨𝗦𝗧𝗔𝗞𝗔𝗡 𝗔𝗟-𝗤𝗨𝗥'𝗔𝗡
T̼s̼ ̼ᴋ̼ᴀ̼ʟ̼ɪ̼ ̼ɪ̼ɴ̼ɪ̼ ̼ᴄ̼ᴜ̼ᴋ̼ᴜ̼ᴘ̼ ̼ᴘ̼ᴀ̼ɴ̼ᴊ̼ᴀ̼ɴ̼ɢ̼,̼ ̼ᴍ̼ᴏ̼ʜ̼ᴏ̼ɴ̼ ̼ᴋ̼ᴇ̼s̼ᴀ̼ʙ̼ᴀ̼ʀ̼ᴀ̼ɴ̼ ̼ᴅ̼ᴀ̼ɴ̼ ̼ᴋ̼ᴇ̼ᴛ̼ᴇ̼ᴋ̼ᴜ̼ɴ̼ᴀ̼ɴ̼ɴ̼ʏ̼ᴀ̼ ̼ᴜ̼ɴ̼ᴛ̼ᴜ̼ᴋ̼ ̼ᴍ̼ᴇ̼ᴍ̼ʙ̼ᴀ̼ᴄ̼ᴀ̼ ̼ᴋ̼ᴇ̼s̼ᴇ̼ʟ̼ᴜ̼ʀ̼ᴜ̼ʜ̼ᴀ̼ɴ̼ ̼s̼ᴜ̼ᴘ̼ᴀ̼ʏ̼ᴀ̼ ̼ᴛ̼ɪ̼ᴅ̼ᴀ̼ᴋ̼ ̼ɢ̼ᴀ̼ɢ̼ᴀ̼ʟ̼ ̼ᴘ̼ᴀ̼ʜ̼ᴀ̼ᴍ̼
Kita bertanya, kenapa Alloh ﷻ diam-diam saja tanpa minta pertanggungan jawab atas sumpah dan mubahallah Muhammad ﷺ yang sembarangan? 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮? Karena Alloh ﷻ yakni Tuhannya Muhammad ﷺ adalah Allah yang tidak sakral menghargai diriNya sendiri (sebagai Yang Maha Tinggi dan Benar dan Kudus)! Itu sebabnya Dia sendiri juga harus berulang-ulang-ulang kali bersumpah untuk meyakinkan umatNya. Dan untuk kagetnya kita, 𝐀𝐥𝐥𝐨𝐡 ﷻ bersumpah 𝐝𝐞𝐦𝐢 𝐛𝐞𝐧𝐝𝐚-𝐛𝐞𝐧𝐝𝐚 yang lebih rendah martabatnya ketimbang diriNya.
Mari kita simak Quran dengan jeli dan teliti. Soalnya Kitab-Suci -- apalagi Quran-- tidak immune terhadap ulah setan. Ayat-ayat syaitan yang pernah hadir di Quran (Qs.22:52) membuktikan kerawanannya atas intrusi suara setan. Pertanyaan kita adalah, setelah Quran “𝐝𝐢𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡𝐤𝐚𝐧” dari satu-dua ayat syaitan yang mencolok, maka apakah tak ada lagi ayat-ayat lain yang masih ada menyisakan jejak syaitan yang tersembunyi? Pepatah berkata: “The Devils are in the details” (Iblis bersembunyi dibalik pernik yang detail). Artinya, syaitan hanya bisa terungkap dari balik celah-celah kecil yang tersembunyi! Syaitan tidak akan berdiri telanjang dipermukaan depan. Dia selalu hadir dengan dua cara. Pertama, bersembunyi diam-diam dicelah-celah belakang yang remang-remang, atau kedua, berdiri dibaris paling depan dengan gambar dan rupa yang disamarkan sebagai malaikat (2Korintus 11:14). Maka seyogyanya setiap kita harus lebih kritis mengawasinya.
Mari kita simak salah satu contoh penampilan syaitan yang paling klasik misalnya. Disitu kita bisa melihat betapa syaitan untuk pertama kali dalam sejarah membantah dengan memlintir ucapan Tuhan dengan cara yang serba “𝗺𝗲𝘆𝗮𝗸𝗶𝗻𝗸𝗮𝗻”,
"ᴸᵃˡᵘ ˢᵃʰᵘᵗ ᵖᵉʳᵉᵐᵖᵘᵃⁿ ᶦᵗᵘ ⁽ᴴᵃʷᵃ⁾ ᵏᵉᵖᵃᵈᵃ ᵘˡᵃʳ ᶦᵗᵘ:
"ᴮᵘᵃʰ ᵖᵒʰᵒⁿ⁻ᵖᵒʰᵒⁿᵃⁿ ᵈᵃˡᵃᵐ ᵗᵃᵐᵃⁿ ᶦⁿᶦ ᵇᵒˡᵉʰ ᵏᵃᵐᵘ ᵐᵃᵏᵃⁿ,
ᵗᵉᵗᵃᵖᶦ ᵗᵉⁿᵗᵃⁿᵍ ᵇᵘᵃʰ ᵖᵒʰᵒⁿ ʸᵃⁿᵍ ᵃᵈᵃ ᵈᶦ ᵗᵉⁿᵍᵃʰ⁻ᵗᵉⁿᵍᵃʰ ᵗᵃᵐᵃⁿ ᴱˡᵒʰᶦᵐ ᵇᵉʳᶠᶦʳᵐᵃⁿ:
ᴶ͟ᵃ͟ⁿ͟ᵍ͟ᵃ͟ⁿ͟ ͟ᵏ͟ᵃ͟ᵐ͟ᵘ͟ ͟ᵐ͟ᵃ͟ᵏ͟ᵃ͟ⁿ͟ ͟ᵃ͟ᵗ͟ᵃ͟ᵘ͟ᵖ͟ᵘ͟ⁿ͟ ͟ʳ͟ᵃ͟ᵇ͟ᵃ͟ ͟ᵇ͟ᵘ͟ᵃ͟ʰ͟ ͟ᶦ͟ᵗ͟ᵘ͟,͟ ͟ⁿ͟ᵃ͟ⁿ͟ᵗ͟ᶦ͟ ͟ᵏ͟ᵃ͟ᵐ͟ᵘ͟ ͟ᵐ͟ᵃ͟ᵗ͟ᶦ͟.͟"͟
ᵀᵉᵗᵃᵖᶦ ᵘˡᵃʳ ᶦᵗᵘ ᵇᵉʳᵏᵃᵗᵃ ᵏᵉᵖᵃᵈᵃ ᵖᵉʳᵉᵐᵖᵘᵃⁿ ᶦᵗᵘ:
"ˢ͟ᵉ͟ᵏ͟ᵃ͟ˡ͟ᶦ͟⁻͟ᵏ͟ᵃ͟ˡ͟ᶦ͟ ͟ᵏ͟ᵃ͟ᵐ͟ᵘ͟ ͟ᵗ͟ᶦ͟ᵈ͟ᵃ͟ᵏ͟ ͟ᵃ͟ᵏ͟ᵃ͟ⁿ͟ ͟ᵐ͟ᵃ͟ᵗ͟ᶦ͟,͟ ᵗᵉᵗᵃᵖᶦ ᴱˡᵒʰᶦᵐ ᵐᵉⁿᵍᵉᵗᵃʰᵘᶦ, ᵇᵃʰʷᵃ ᵖᵃᵈᵃ ʷᵃᵏᵗᵘ ᵏᵃᵐᵘ ᵐᵉᵐᵃᵏᵃⁿⁿʸᵃ
ᵐᵃᵗᵃᵐᵘ ᵃᵏᵃⁿ ᵗᵉʳᵇᵘᵏᵃ, ᵈᵃⁿ ᵏᵃᵐᵘ ᵃᵏᵃⁿ ᵐᵉⁿʲᵃᵈᶦ ˢᵉᵖᵉʳᵗᶦ ᴱˡᵒʰᶦᵐ,
ᵗᵃʰᵘ ᵗᵉⁿᵗᵃⁿᵍ ʸᵃⁿᵍ ᵇᵃᶦᵏ ᵈᵃⁿ ʸᵃⁿᵍ ʲᵃʰᵃᵗ" (𝑲𝒆𝒋𝒂𝒅𝒊𝒂𝒏 3:2-4).
Jadi siapa yang benar disitu? Ucapan Tuhan semesta alam atau ucapan si Syaitan? Segera tampak bahwa syaitan itu sepertinya lebih benar!
Maka banyak Muslim lalu mengolok-olok ayat Alkitab ini, seolah Tuhannya justru ngawur dan keliru. Kenapa?
Karena Muslim melihat bahwa sekalipun buah larangan tersebut dimakan, Adam dan Hawa justru tidak langsung mati pada hari itu, Padahal Tuhan berfirman dalam kata-kata aslinya:
"ˢᵉᵐᵘᵃ ᵖᵒʰᵒⁿ ᵈᵃˡᵃᵐ ᵗᵃᵐᵃⁿ ᶦⁿᶦ ᵇᵒˡᵉʰ ᵏᵃᵘᵐᵃᵏᵃⁿ ᵇᵘᵃʰⁿʸᵃ ᵈᵉⁿᵍᵃⁿ ᵇᵉᵇᵃˢ, ᵗᵉᵗᵃᵖᶦ ᵖᵒʰᵒⁿ ᵖᵉⁿᵍᵉᵗᵃʰᵘᵃⁿ ᵗᵉⁿᵗᵃⁿᵍ ʸᵃⁿᵍ ᵇᵃᶦᵏ ᵈᵃⁿ ʸᵃⁿᵍ ʲᵃʰᵃᵗ ᶦᵗᵘ, ʲᵃⁿᵍᵃⁿˡᵃʰ ᵏᵃᵘᵐᵃᵏᵃⁿ ᵇᵘᵃʰⁿʸᵃ, ˢᵉᵇᵃᵇ ᵖᵃᵈᵃ ʰᵃʳᶦ ᵉⁿᵍᵏᵃᵘ ᵐᵉᵐᵃᵏᵃⁿⁿʸᵃ, ᵖ͟ᵃ͟ˢ͟ᵗ͟ᶦ͟ˡ͟ᵃ͟ʰ͟ ͟ᵉ͟ⁿ͟ᵍ͟ᵏ͟ᵃ͟ᵘ͟ ͟ᵐ͟ᵃ͟ᵗ͟ᶦ͟." (𝑲𝒆𝒋𝒂𝒅𝒊𝒂𝒏.2:16, 17).
Adam dan Hawa tidak mati dihari itu, melainkan keduanya tetap hidup bahkan mencapai hampir 1000 tahun kemudian! Jadi siapakah yang salah: Muslim, Syaitan, atau Tuhan?
Tentu Muslim dan Syaitan sama benarnya disini. Sayangnya kebenaran ini hanyalah sebuah kenaifan yang super lugu menjadi kekonyolan yang menyesatkan. Sesat dari makna Tuhan yang sejatinya. Kematian yang Tuhan maksudkan adalah kematian rohani, bukan jasmani. Dihadapan Tuhan yang Mahakudus, manusia yang menyandang dosa (pemberontakan terhadap perintah Tuhan) adalah ibarat “orang mati atau orang buta yang berjalan” (Matius 8:22, 15:14, Lukas 6:39, 9:60), Ia mati rohani dalam dosanya, walau hidup raganya. Dan dengan bahasa dunia yang terbatas dan tidak sempurna inilah Syaitan dapat memainkan dusta dan taqiyah nya yang berputar-putar dan tampak canggih.
Lihat contoh lain lebih lanjut, lebih dahsyat. Kali ini dalam bentuk Hukum Tuhan yang oral plus yang tertulis. Yaitu seperti yang diucapkan dan dituliskan oleh Tuhan sendiri kepada bani Israel dalam 𝗦𝗘𝗣𝗨𝗟𝗨𝗛 𝗛𝗨𝗞𝗨𝗠 𝗧𝗨𝗛𝗔𝗡 dijaman Nabi Musa. Disitu Tuhan berkata sangat jelas tanpa embel-embel: “𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒏𝒖𝒉.” Titik!
Tetapi oleh manusia --lewat Muhammad ﷺ diantaranya --hukum yang pendek, jelas, dan sakral tersebut diubah sangat subtil dengan embel-embel menjadi: “𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒏𝒖𝒉, 𝑲𝑬𝑪𝑼𝑨𝑳𝑰…”. Maka tampaklah seolah hukum Tuhan tetap berlaku, namun keabsolutannya telah dicampurkan dengan perkecualian-perkecualian yang telah diserahkan kepada manusia untuk menentukannya.
Lihatlah akan ayat-ayat Taqiyah berikut ini yang meloloskan dusta, bahkan dalam sumpah demi nama Allah sekalipun!
“ᴶᵃⁿᵍᵃⁿˡᵃʰ ᵒʳᵃⁿᵍ⁻ᵒʳᵃⁿᵍ ᵐᵘᵏᵐᶦⁿ ᵐᵉⁿᵍᵃᵐᵇᶦˡ ᵒʳᵃⁿᵍ⁻ᵒʳᵃⁿᵍ ᵏᵃᶠᶦʳ ᵐᵉⁿʲᵃᵈᶦ ʷᵃˡᶦ ᵈᵉⁿᵍᵃⁿ ᵐᵉⁿᶦⁿᵍᵍᵃˡᵏᵃⁿ ᵒʳᵃⁿᵍ⁻ᵒʳᵃⁿᵍ ᵐᵘᵏᵐᶦⁿ. ᴮᵃʳᵃⁿᵍ ˢᶦᵃᵖᵃ ᵇᵉʳᵇᵘᵃᵗ ᵈᵉᵐᶦᵏᶦᵃⁿ, ⁿᶦˢᶜᵃʸᵃ ˡᵉᵖᵃˢˡᵃʰ ᶦᵃ ᵈᵃʳᶦ ᵖᵉʳᵗᵒˡᵒⁿᵍᵃⁿ ᴬˡˡᵃʰ, ᵏ̲ᵉ̲ᶜ̲ᵘ̲ᵃ̲ˡ̲ᶦ̲ ᵏᵃʳᵉⁿᵃ ⁽ˢᶦᵃˢᵃᵗ⁾ ᵐᵉᵐᵉˡᶦʰᵃʳᵃ ᵈᶦʳᶦ ᵈᵃʳᶦ ˢᵉˢᵘᵃᵗᵘ ʸᵃⁿᵍ ᵈᶦᵗᵃᵏᵘᵗᶦ ᵈᵃʳᶦ ᵐᵉʳᵉᵏᵃ.
ᴰᵃⁿ ᴬˡˡᵃʰ ᵐᵉᵐᵖᵉʳᶦⁿᵍᵃᵗᵏᵃⁿ ᵏᵃᵐᵘ ᵗᵉʳʰᵃᵈᵃᵖ ᵈᶦʳᶦ ⁽ˢᶦᵏˢᵃ⁾⁻ᴺʸᵃ.
ᴰᵃⁿ ʰᵃⁿʸᵃ ᵏᵉᵖᵃᵈᵃ ᴬˡˡᵃʰ ᵏᵉᵐᵇᵃˡᶦ ⁽ᵐᵘ⁾”. (𝑸𝑺.3:28).
“ˢᵉˢᵘⁿᵍᵍᵘʰⁿʸᵃ ᵒʳᵃⁿᵍ⁻ᵒʳᵃⁿᵍ ʸᵃⁿᵍ ᵈᶦʷᵃᶠᵃᵗᵏᵃⁿ ᵐᵃˡᵃᶦᵏᵃᵗ ᵈᵃˡᵃᵐ ᵏᵉᵃᵈᵃᵃⁿ ᵐᵉⁿᵍᵃⁿᶦᵃʸᵃ ᵈᶦʳᶦ ˢᵉⁿᵈᶦʳᶦ, ⁽ᵏᵉᵖᵃᵈᵃ ᵐᵉʳᵉᵏᵃ⁾ ᵐᵃˡᵃᶦᵏᵃᵗ ᵇᵉʳᵗᵃⁿʸᵃ : "ᴰᵃˡᵃᵐ ᵏᵉᵃᵈᵃᵃⁿ ᵇᵃᵍᵃᶦᵐᵃⁿᵃ ᵏᵃᵐᵘ ᶦⁿᶦ?." ᴹᵉʳᵉᵏᵃ ᵐᵉⁿʲᵃʷᵃᵇ: "ᴬᵈᵃˡᵃʰ ᵏᵃᵐᶦ ᵒʳᵃⁿᵍ⁻ᵒʳᵃⁿᵍ ʸᵃⁿᵍ ᵗᵉʳᵗᶦⁿᵈᵃˢ ᵈᶦ ⁿᵉᵍᵉʳᶦ ⁽ᴹᵉᵏᵃʰ⁾”. ᴾᵃʳᵃ ᵐᵃˡᵃᶦᵏᵃᵗ ᵇᵉʳᵏᵃᵗᵃ: "ᴮᵘᵏᵃⁿᵏᵃʰ ᵇᵘᵐᶦ ᴬˡˡᵃʰ ᶦᵗᵘ ˡᵘᵃˢ, ˢᵉʰᶦⁿᵍᵍᵃ ᵏᵃᵐᵘ ᵈᵃᵖᵃᵗ ᵇᵉʳʰᶦʲʳᵃʰ ᵈᶦ ᵇᵘᵐᶦ ᶦᵗᵘ?." ᴼʳᵃⁿᵍ⁻ᵒʳᵃⁿᵍ ᶦᵗᵘ ᵗᵉᵐᵖᵃᵗⁿʸᵃ ⁿᵉʳᵃᵏᵃ ᴶᵃʰᵃⁿⁿᵃᵐ, ᵈᵃⁿ ᴶᵃʰᵃⁿⁿᵃᵐ ᶦᵗᵘ ˢᵉᵇᵘʳᵘᵏ⁻ᵇᵘʳᵘᵏ ᵗᵉᵐᵖᵃᵗ ᵏᵉᵐᵇᵃˡᶦ, ᵏ͟ᵉ͟ᶜ͟ᵘ͟ᵃ͟ˡ͟ᶦ͟ ᵐᵉʳᵉᵏᵃ ʸᵃⁿᵍ ᵗᵉʳᵗᶦⁿᵈᵃˢ, ᵇᵃᶦᵏ ˡᵃᵏᶦ⁻ˡᵃᵏᶦ ᵃᵗᵃᵘ ʷᵃⁿᶦᵗᵃ ᵃᵗᵃᵘᵖᵘⁿ ᵃⁿᵃᵏ⁻ᵃⁿᵃᵏ ʸᵃⁿᵍ ᵗᶦᵈᵃᵏ ᵐᵃᵐᵖᵘ ᵇᵉʳᵈᵃʸᵃ ᵘᵖᵃʸᵃ ᵈᵃⁿ ᵗᶦᵈᵃᵏ ᵐᵉⁿᵍᵉᵗᵃʰᵘᶦ ʲᵃˡᵃⁿ ⁽ᵘⁿᵗᵘᵏ ʰᶦʲʳᵃʰ⁾, ᵐᵉʳᵉᵏᵃ ᶦᵗᵘ, ᵐᵘᵈᵃʰ⁻ᵐᵘᵈᵃʰᵃⁿ ᴬˡˡᵃʰ ᵐᵉᵐᵃᵃᶠᵏᵃⁿⁿʸᵃ. ᴰᵃⁿ ᵃᵈᵃˡᵃʰ ᴬˡˡᵃʰ ᴹᵃʰᵃ ᴾᵉᵐᵃᵃᶠ ˡᵃᵍᶦ ᴹᵃʰᵃ ᴾᵉⁿᵍᵃᵐᵖᵘⁿ”. (𝑸𝑺.4:97-99).
“ᴮᵃʳᵃⁿᵍˢᶦᵃᵖᵃ ʸᵃⁿᵍ ᵏᵃᶠᶦʳ ᵏᵉᵖᵃᵈᵃ ᴬˡˡᵃʰ ˢᵉˢᵘᵈᵃʰ ᵈᶦᵃ ᵇᵉʳᶦᵐᵃⁿ ⁽ᵈᶦᵃ ᵐᵉⁿᵈᵃᵖᵃᵗ ᵏᵉᵐᵘʳᵏᵃᵃⁿ ᴬˡˡᵃʰ⁾, ᵏ͟ᵉ͟ᶜ͟ᵘ͟ᵃ͟ˡ͟ᶦ͟ ᵒʳᵃⁿᵍ ʸᵃⁿᵍ ᵈᶦᵖᵃᵏˢᵃ ᵏᵃᶠᶦʳ ᵖᵃᵈᵃʰᵃˡ ʰᵃᵗᶦⁿʸᵃ ᵗᵉᵗᵃᵖ ᵗᵉⁿᵃⁿᵍ ᵈᵃˡᵃᵐ ᵇᵉʳᶦᵐᵃⁿ ⁽ᵈᶦᵃ ᵗᶦᵈᵃᵏ ᵇᵉʳᵈᵒˢᵃ⁾, ᵃᵏᵃⁿ ᵗᵉᵗᵃᵖᶦ ᵒʳᵃⁿᵍ ʸᵃⁿᵍ ᵐᵉˡᵃᵖᵃⁿᵍᵏᵃⁿ ᵈᵃᵈᵃⁿʸᵃ ᵘⁿᵗᵘᵏ ᵏᵉᵏᵃᶠᶦʳᵃⁿ, ᵐᵃᵏᵃ ᵏᵉᵐᵘʳᵏᵃᵃⁿ ᴬˡˡᵃʰ ᵐᵉⁿᶦᵐᵖᵃⁿʸᵃ ᵈᵃⁿ ᵇᵃᵍᶦⁿʸᵃ ᵃᶻᵃᵇ ʸᵃⁿᵍ ᵇᵉˢᵃʳ”. (𝑸𝑺. 16:106).
𝙎𝙐𝙈𝙋𝘼𝙃-𝘿𝙐𝙎𝙏𝘼 𝘿𝙀𝙈𝙄 𝙉𝘼𝙈𝘼 𝘼𝙇𝙇𝘼𝙃.
Adam dan Hawa telah terusir karena melanggar perintah Tuhannya. Apa maksud dengan “melanggar” disini? Tidak lain itu artinya melawan penetapan Tuhan yang ditujukan kepada Adam sebagai syarat (hukum) untuk hidup di Taman Kehidupan tersebut. Dan kita semua tahu betapa Adam melanggar syarat tersebut. Maka Adam dan Hawa dihukum, diusir dan “mati” seketika! (dimata Tuhan).
Nah, 𝘀𝘂𝗺𝗽𝗮𝗵 adalah lebih khusus lagi. Anda yang bersumpah demi Allah adalah anda (!) yang menetapkan syarat/hukum anda sendiri sebagai butir kebenaran anda kehadapan Tuhan, dimana Tuhan anda jadikan saksi tertinggi dan mutlak. Dan bilamana itu anda langgar sendiri, maka jelas akibat pelanggarannya akan menjadi jauh lebih serius dan gawat daripada apapun! Sumpah yang dilanggar disebut Tuhan sebagai “𝐬𝐮𝐦𝐩𝐚𝐡-𝐩𝐚𝐥𝐬𝐮”, dan Anda akan dihukum sangat berat karena anda sendiri yang memprakarsainya (bukan prakarsa Tuhan) dengan memakai nama Tuhan dan Dia “dipaksa” menjadi sebagai Saksi bagi Anda!
Karena terlalu sakral dan riskan, maka Alkitab memperingati bani Israel untuk jangan bersumpah palsu. Dan Yesus memurnikan lebih jauh agar kita wanti-wanti jangan sampai bersumpah apapun, karena kita sebagai manusia yang terbatas dan lemah sesungguhnya tidak berkuasa untuk memenuhinya:
“ᴷᵃᵐᵘ ᵗᵉˡᵃʰ ᵐᵉⁿᵈᵉⁿᵍᵃʳ ᵖᵘˡᵃ ʸᵃⁿᵍ ᵈᶦᶠᶦʳᵐᵃⁿᵏᵃⁿ ᵏᵉᵖᵃᵈᵃ ⁿᵉⁿᵉᵏ ᵐᵒʸᵃⁿᵍ ᵏᶦᵗᵃ: ᴶ͟ᵃ͟ⁿ͟ᵍ͟ᵃ͟ⁿ͟ ͟ᵇ͟ᵉ͟ʳ͟ˢ͟ᵘ͟ᵐ͟ᵖ͟ᵃ͟ʰ͟ ͟ᵖ͟ᵃ͟ˡ͟ˢ͟ᵘ͟, ᵐᵉˡᵃᶦⁿᵏᵃⁿ ᵖᵉᵍᵃⁿᵍˡᵃʰ ˢᵘᵐᵖᵃʰᵐᵘ ᵈᶦ ᵈᵉᵖᵃⁿ ᵀᵘʰᵃⁿ. ᵀᵉᵗᵃᵖᶦ ᴬᵏᵘ ᵇᵉʳᵏᵃᵗᵃ ᵏᵉᵖᵃᵈᵃᵐᵘ: ᴶᵃⁿᵍᵃⁿˡᵃʰ ˢᵉᵏᵃˡᶦ⁻ᵏᵃˡᶦ ᵇᵉʳˢᵘᵐᵖᵃʰ, ᵇᵃᶦᵏ ᵈᵉᵐᶦ ˡᵃⁿᵍᶦᵗ, ᵏᵃʳᵉⁿᵃ ˡᵃⁿᵍᶦᵗ ᵃᵈᵃˡᵃʰ ᵗᵃᵏʰᵗᵃ ᴬˡˡᵃʰ, ᵐᵃᵘᵖᵘⁿ ᵈᵉᵐᶦ ᵇᵘᵐᶦ, ᵏᵃʳᵉⁿᵃ ᵇᵘᵐᶦ ᵃᵈᵃˡᵃʰ ᵗᵘᵐᵖᵘᵃⁿ ᵏᵃᵏᶦ⁻ᴺʸᵃ, ᵃᵗᵃᵘᵖᵘⁿ ᵈᵉᵐᶦ ʸᵉʳᵘˢᵃˡᵉᵐ, ᵏᵃʳᵉⁿᵃ ʸᵉʳᵘˢᵃˡᵉᵐ ᵃᵈᵃˡᵃʰ ᵏᵒᵗᵃ ᴿᵃʲᵃ ᴮᵉˢᵃʳ; ʲᵃⁿᵍᵃⁿˡᵃʰ ʲᵘᵍᵃ ᵉⁿᵍᵏᵃᵘ ᵇᵉʳˢᵘᵐᵖᵃʰ ᵈᵉᵐᶦ ᵏᵉᵖᵃˡᵃᵐᵘ, ᵏᵃʳᵉⁿᵃ ᵉⁿᵍᵏᵃᵘ ᵗᶦᵈᵃᵏ ᵇᵉʳᵏᵘᵃˢᵃ ᵐᵉᵐᵘᵗᶦʰᵏᵃⁿ ᵃᵗᵃᵘ ᵐᵉⁿᵍʰᶦᵗᵃᵐᵏᵃⁿ ˢᵉʰᵉˡᵃᶦ ʳᵃᵐᵇᵘᵗᵖᵘⁿ. ᴶᶦᵏᵃ ʸᵃ, ʰᵉⁿᵈᵃᵏˡᵃʰ ᵏᵃᵐᵘ ᵏᵃᵗᵃᵏᵃⁿ: ʸᵃ, ʲᶦᵏᵃ ᵗᶦᵈᵃᵏ, ʰᵉⁿᵈᵃᵏˡᵃʰ ᵏᵃᵐᵘ ᵏᵃᵗᵃᵏᵃⁿ: ᵗᶦᵈᵃᵏ. ᴬᵖᵃ ʸᵃⁿᵍ ˡᵉᵇᶦʰ ᵈᵃʳᶦ ᵖᵃᵈᵃ ᶦᵗᵘ ᵇᵉʳᵃˢᵃˡ ᵈᵃʳᶦ ˢᶦ ʲᵃʰᵃᵗ”
( 𝑰𝒏𝒋𝒊𝒍 𝑹𝒂𝒔𝒖𝒍 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 𝑴𝒂𝒕𝒊𝒖𝒔.5:33-37).
Akan tetapi berlainan dengan Yesus, justru Muhammad ﷺ yang menyepelekan kekudusan sumpah atas nama Allah. Syaitan kembali menyelipkan dustanya persis seperti yang telah didustakannya terhadap Adam. Ia membisikkan Muhammad ﷺ seolah-olah sumpah-palsu itu hanyalah sebuah alpa belaka yang memang merupakan sifat manusiawi; dan pelanggaran itupun mudah ditebus dengan usaha susulan dari dirinya sendiri. Moral kebenaran diam-diam didustakan menjadi moral-dusta melalui permisif untuk berdusta! Syaitan seakan berkata, “Tenang-tenang saja, Allah tidak akan langsung mengusir dan menghukum kekeliruan anda, karena Allah tahu bahwa engkau telah benar-benar berusaha sebisanya… . jalan keluarnya juga tersedia mudah, yaitu dengan cara membayar harga salah satu diantara 3 atau 4 pilihan berikut….
“ᴬˡˡᵃʰ ᵗᶦᵈᵃᵏ ᵐᵉⁿᵍʰᵘᵏᵘᵐ ᵏᵃᵐᵘ ᵈᶦˢᵉᵇᵃᵇᵏᵃⁿ ˢᵘᵐᵖᵃʰ⁻ˢᵘᵐᵖᵃʰᵐᵘ ʸᵃⁿᵍ ᵗᶦᵈᵃᵏ ᵈᶦᵐᵃᵏˢᵘᵈ ⁽ᵗᶦᵈᵃᵏ ˢᵉⁿᵍᵃʲᵃ ᵘⁿᵗᵘᵏ ᵇᵉʳˢᵘᵐᵖᵃʰ⁾, ᵗᵉᵗᵃᵖᶦ ᴰᶦᵃ ᵐᵉⁿᵍʰᵘᵏᵘᵐ ᵏᵃᵐᵘ ᵈᶦˢᵉᵇᵃᵇᵏᵃⁿ ˢᵘᵐᵖᵃʰ⁻ˢᵘᵐᵖᵃʰ ʸᵃⁿᵍ ᵏᵃᵐᵘ ˢᵉⁿᵍᵃʲᵃ, ᵐᵃᵏᵃ ᵏ̲ᵃ̲ᶠ̲ᶠ̲ᵃ̲ʳ̲ᵃ̲ᵗ̲ ̲⁽̲ᵐ̲ᵉ̲ˡ̲ᵃ̲ⁿ̲ᵍ̲ᵍ̲ᵃ̲ʳ̲⁾̲ ̲ˢ̲ᵘ̲ᵐ̲ᵖ̲ᵃ̲ʰ̲ ̲ᶦ̲ᵗ̲ᵘ̲, ᶦᵃˡᵃʰ ᵐᵉᵐᵇᵉʳᶦ ᵐᵃᵏᵃⁿ ˢᵉᵖᵘˡᵘʰ ᵒʳᵃⁿᵍ ᵐᶦˢᵏᶦⁿ, ʸᵃᶦᵗᵘ ᵈᵃʳᶦ ᵐᵃᵏᵃⁿᵃⁿ ʸᵃⁿᵍ ᵇᶦᵃˢᵃ ᵏᵃᵐᵘ ᵇᵉʳᶦᵏᵃⁿ ᵏᵉᵖᵃᵈᵃ ᵏᵉˡᵘᵃʳᵍᵃᵐᵘ, ᵃᵗᵃᵘ ᵐᵉᵐᵇᵉʳᶦ ᵖᵃᵏᵃᶦᵃⁿ ᵏᵉᵖᵃᵈᵃ ᵐᵉʳᵉᵏᵃ ᵃᵗᵃᵘ ᵐᵉᵐᵉʳᵈᵉᵏᵃᵏᵃⁿ ˢᵉᵒʳᵃⁿᵍ ᵇᵘᵈᵃᵏ. ᴮᵃʳᵃⁿᵍ ˢᶦᵃᵖᵃ ᵗᶦᵈᵃᵏ ˢᵃⁿᵍᵍᵘᵖ ᵐᵉˡᵃᵏᵘᵏᵃⁿ ʸᵃⁿᵍ ᵈᵉᵐᶦᵏᶦᵃⁿ, ᵐᵃᵏᵃ ᵏᵃᶠᶠᵃʳᵃᵗⁿʸᵃ ᵖᵘᵃˢᵃ ˢᵉˡᵃᵐᵃ ᵗᶦᵍᵃ ʰᵃʳᶦ. ʸᵃⁿᵍ ᵈᵉᵐᶦᵏᶦᵃⁿ ᶦᵗᵘ ᵃᵈᵃˡᵃʰ ᵏᵃᶠᶠᵃʳᵃᵗ ˢᵘᵐᵖᵃʰ⁻ˢᵘᵐᵖᵃʰᵐᵘ ᵇᶦˡᵃ ᵏᵃᵐᵘ ᵇᵉʳˢᵘᵐᵖᵃʰ ⁽ᵈᵃⁿ ᵏᵃᵐᵘ ˡᵃⁿᵍᵍᵃʳ⁾. ᴰᵃⁿ ʲᵃᵍᵃˡᵃʰ ˢᵘᵐᵖᵃʰᵐᵘ. ᴰᵉᵐᶦᵏᶦᵃⁿˡᵃʰ ᴬˡˡᵃʰ ᵐᵉⁿᵉʳᵃⁿᵍᵏᵃⁿ ᵏᵉᵖᵃᵈᵃᵐᵘ ʰᵘᵏᵘᵐ⁻ʰᵘᵏᵘᵐ⁻ᴺʸᵃ ᵃᵍᵃʳ ᵏᵃᵐᵘ ᵇᵉʳˢʸᵘᵏᵘʳ ⁽ᵏᵉᵖᵃᵈᵃ⁻ᴺʸᵃ⁾. (𝑸𝑺.5:89).
Hadirin saudara/i sekalian Para pembaca yang budiman..
Sangat licin dan berbahaya apa yang syaitan bisikkan kepada Adam, dan kini Muhammad ﷺ. Hukum Tuhan yang Mutlak telah diembel-embeli dengan perkecualian-perkecualian nisbi situasional. Dan Sumpah Serapah dan Sumpah-Palsu yang sangat dilaknati Tuhan itu telah dilecehkan bobot dosanya menjadi setara dengan harga 10 bungkus nasi kepada orang miskin!
Kita bertanya, kenapa Alloh ﷻ diam-diam saja tanpa minta pertanggungan jawab atas sumpah dan mubahallah Muhammad ﷺ yang sembarangan? 𝗞𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮? Karena Alloh ﷻ yakni Tuhannya Muhammad ﷺ adalah Allah yang tidak sakral menghargai diriNyasendiri (sebagai Yang Maha Tinggi dan Benar dan Kudus)! Itu sebabnya Dia sendiri juga harus berulang-ulang-ulang kali bersumpah untuk meyakinkan umatNya. Dan untuk kagetnya kita, 𝗔𝗹𝗹𝗼𝗵 ﷻ bersumpah 𝗗𝗘𝗠𝗜 𝗕𝗘𝗡𝗗𝗔-𝗕𝗘𝗡𝗗𝗔 𝗖𝗜𝗣𝗧𝗔𝗔𝗡𝗡𝗬𝗔 yang lebih rendah martabatnya ketimbang diriNya, seperti “ demi bintang-bintang” , “demi cahaya merah di waktu senja”, “demi kota ini (Mekah)”, dll. Lihat QS.81:15, 84:16, 90:1. Ini semua tentu berkontradiksi dengan 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐬𝐢𝐩 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐮𝐦𝐩𝐚𝐡 yang telah ditetapkan Tuhan baik dalam KitabNya maupun dalam hati manusia. Yaitu setiap sumpah harus 𝘿𝙄𝙋𝙀𝙍𝙏𝙀𝙂𝙐𝙃𝙆𝘼𝙉 dengan sandaran yang 𝗟𝗘𝗕𝗜𝗛 𝗧𝗘𝗥𝗛𝗢𝗥𝗠𝗔𝗧 𝗗𝗔𝗡 𝗧𝗜𝗡𝗚𝗚𝗜, bukan yang malah lebih rendah.
“ˢᵉᵇᵃᵇ ᵏᵉᵗᶦᵏᵃ ᴬˡˡᵃʰ ᵐᵉᵐᵇᵉʳᶦᵏᵃⁿ ʲᵃⁿʲᶦ⁻ᴺʸᵃ ᵏᵉᵖᵃᵈᵃ ᴬᵇʳᵃʰᵃᵐ, ᴵ̲ᵃ̲ ̲ᵇ̲ᵉ̲ʳ̲ˢ̲ᵘ̲ᵐ̲ᵖ̲ᵃ̲ʰ̲ ̲ᵈ̲ᵉ̲ᵐ̲ᶦ̲ ̲ᵈ̲ᶦ̲ʳ̲ᶦ̲⁻̲ᴺ̲ʸ̲ᵃ̲ ̲ˢ̲ᵉ̲ⁿ̲ᵈ̲ᶦ̲ʳ̲ᶦ̲, ᵏᵃʳᵉⁿᵃ ᵗᶦᵈᵃᵏ ᵃᵈᵃ ᵒʳᵃⁿᵍ ʸᵃⁿᵍ ˡᵉᵇᶦʰ ᵗᶦⁿᵍᵍᶦ ᵈᵃʳᶦ ᵖᵃᵈᵃ⁻ᴺʸᵃ… ˢᵉᵇᵃᵇ ᵐᵃⁿᵘˢᶦᵃ ᵇᵉʳˢᵘᵐᵖᵃʰ ᵈᵉᵐᶦ ᵒʳᵃⁿᵍ ʸᵃⁿᵍ ˡᵉᵇᶦʰ ᵗᶦⁿᵍᵍᶦ, ᵈᵃⁿ ˢᵘᵐᵖᵃʰ ᶦᵗᵘ ᵐᵉⁿʲᵃᵈᶦ ˢᵘᵃᵗᵘ ᵖᵉⁿᵍᵒᵏᵒʰᵃⁿ ᵇᵃᵍᶦⁿʸᵃ, ʸᵃⁿᵍ ᵐᵉⁿᵍᵃᵏʰᶦʳᶦ ˢᵉᵍᵃˡᵃ ᵇᵃⁿᵗᵃʰᵃⁿ” (𝑰𝒃𝒓𝒂𝒏𝒊 6:13, 16).
Yang tak ketolongan konyolnya adalah kontradiksi Alloh ﷻ yang bersumpah-ria tidak pernah atas namaNya sendiri, namun selalu mengatas-namakan benda-benda ciptaanNya; 𝐬𝐚𝐦𝐛𝐢𝐥 memerintahkan umat Arabnya untuk tidak boleh bersumpah atas nama apapun kecuali 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 nama Alloh ﷻ saja!
“ᴮᵃʳᵃⁿᵍˢᶦᵃᵖᵃ ʸᵃⁿᵍ ᵇᵉʳˢᵘᵐᵖᵃʰ, ʲᵃⁿᵍᵃⁿˡᵃʰ ᶦᵃ ᵇᵉʳˢᵘᵐᵖᵃʰ ᵏᵉᶜᵘᵃˡᶦ ᵈᵉⁿᵍᵃⁿ ᴺᵃᵐᵃ ᴬˡˡᵃʰ” [𝑯𝑹 𝑩𝒖𝒌𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝑴𝒖𝒔𝒍𝒊𝒎].
𝑯𝒂𝒅𝒊𝒕𝒉 𝑨𝒃𝒖 𝑫𝒂𝒘𝒖𝒅 21. 3245: Rasul Allah berkata: ”Siapa yang bersumpah demi apapun kecuali Allah adalah musyirik”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar